SAATNYA PEDULI AUTIS
Sometimes I wonder …
How many people have a child as special as mine …
Yet, I’m sure that there’s a reason God made him this way…
Mungkin pikiran ini yang terlintas bagi siapa pun yang dikaruniai dengan seorang anak autis. Autis? Sebuah istilah yang semakin familiar ditengah-tengah masyarakat kita. Istilah anak autis memang semakin dikenal seiring dengan meningkatnya jumlah penyandang autis. Namun apa sebenarnya autis? Apakah semakin maraknya penggunaan autis di masyarakat kita menandakan bahwa mereka paham betul akan autis atau hanya iseng menggunakanya sebagai bahan “lelucon”? Dan apakah dengan semakin meningkatnya jumlah penyandang autis diimbangi dengan meningkatnya perhatian dan bantuan terhadap para penyandang? Dimanakah dapat ditemukan pusat terapi autis? Mungkin di beberapa kota besar di Indonesia, dapat diemukan pelayanan untuk terapi anak autis, tapi bagaimana dengan mereka yang berada di daerah yang jauh dari perkotaan dan tidak mempunyai biaya untuk terapi? Apakah fasilitas untuk terapi anak autis yang sangat mahal semakin murah? Mungkin mahalnya terapi autis tidak masalah bagi keluarga yang berkantong tebal, tapi bagi bagaimana dengan mereka yang hidup dalam garis ekonomi menengah kebawah? jangankan untuk terapi, untuk kebutuhan sehari-hari saja sangat pas-pasan.
Ironisnya, banyak orang tua penyandang autis yang tidak mengetahui tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan anak mereka, berbagai asumsi seperti “mungkin hanya terlambat bicara, nanti juga bicara kalau sudah agak besar…”, “anak yang susah diatur”, “dia hanya hiperaktif, terlalu bersemangat” dan berbagai asumsi lainya, yang tentu saja akan merugikan sang anak karena terlambat terdiagnosis. Padahal litelatur menyebutkan bahwa apabila tidak dilakukan intervensi secara dini maka kemungkinan sembuh akan semakin kecil, waktu menjadi hal yang sangat penting dalam upaya penyembuhan. Lantas, apakah orang tua yang harus disalahkan karena mereka kurang memahami anaknya sendiri? Tidak! Penolakan tersebut merupakan hal yang wajar, karena setiap orang tua berkeinginan kalau anaknya mempunyai perkembangan yang normal. Kurangnya informasi yang tepat mengenai apa itu autis, factor penyebab, gejala-gejala, terapi penyembuhan, dsb merupakan jawaban mengapa orang tua kurang memahami apabila anaknya merupakan penyandang autis.
Inilah tugas yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, dinas kesehatan, dan bagi siapa pun yang peduli akan nasib bangsa ini. Mensosialisasikan kepada masyarakat luas mengenai autis, minimal dengan menyuarakan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) 1994, yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika atau ICD-10 merupakan categorical classification yang membagi gangguan-gangguan mental menjadi beberapa tipe berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (American Psychiatric Association 1994). Sehingga secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk mendiagnosis apakah diantara keluarganya juga terdapat anak dengan gejala ASD atau tidak. Sehingga hal ini akan membantu memudahkan apabila pemerintah nantinya melakukan pendataan terhadap penyandang autis (mengingat Indonesia belum pernah melakanakan pendataan terhadap penyandang autis).
Tanggal 2 april merupakan hari yang penting bagi penyandang autis, karena di hari ini masyarakat dunia menyuarakan akan perhatian dan kepedulianya terhadap para penyandang autis. Sebuah pengingatan bagi kita bahwa penyandang autis juga sama seperti kita yang perlu untuk dihargai, dicintai, dan dapat diterima ditengah-tengah kita. Semoga, momen 2 april ini lebih mengingatkan kita untuk menolong mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Selamat hari Autis Sedunia 2 April 2010.
Sedikit saya ingin berbagi sedikit informasi mengenai autis yang saya sapat dari beberapa literature :
Gangguan autis merupakan kumpulan gejala gangguan perilaku yang bervariasi pada setiap anak. Gangguan perilaku dapat berupa kurangnya interaksi sosial, kesulitan dalam mengembangkan bahasa, dan pengulangan tingkah laku. Gangguan perkembangan yang dialami dapat berubah sejalan dengan waktu (American Psychiatric Association 1994, Volkmar, Lord, Barley, Schultz & Klin dalam Mash & Wolve 2005).
Sampai saat ini penyebab yang pasti dari gangguan autis belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab gangguan autis antara lain teori psikologi, teori biologis mencakup faktor genetik dan neurologi (Davison, Neale 1996), teori jiwa (Bron-cohen, Leslie & frith 1985 dalam Alloy, Acocella, & Bootzin 1996), teori behavior, teori psikoanalisis (Davison, Neale, Kring 2002)
Pembahasan mengenai DSM-IV untuk gangguan autis adalah sebagai berikut.
1. Harus ada sedikitnya enam gejala dari (a), (b), dan (c), dengan minimal dua dari gejala (a) dan masing-masing satu gejala dari (b) dan (c).
a.
Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala berikut.
1) 7
Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata sangat kurang, ekspresi wajah kurang hidup, gerak-gerik yng kurang terfokus,
2) Kurang respon terhadap permintaan secara verbal, tidak bisa bermain dengan teman sebaya,
3) Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut.
1) Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang ( tidak ada usaha mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),
2) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,
3) Sering menggunakan bahasa yang aneh atau diulang-ulang,
4) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Setidaknya harus ada satu dari gejala berikut.
1) Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan,
2) Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya,
3) Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas dan diulang-ulang,
4)
Sering terpukau pada bagian-bagian benda (Rita & Allen 2003, Mash & Wolve 2005).
2. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
a) Interaksi sosial,
b) Bicara dengan berbahasa,
c) Cara bermain yang kurang variatif.
3. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett, gangguan disintregasi pada masa kanak-kanak.
Gejala-gejala tersebut sudah harus tampak dengan jelas sebelum anak mencapai umur tiga tahun. Pada sebagian besar anak, sebenarnya gejala ini sudah tampak sejak lahir. Sebagian kecil anak sudah sempat berkembang secara normal, namun sebelum umur tiga tahun terjadi perhentian perkembangan dan kemudian timbul gejala-gejala gangguan ASD yang lain (American Psychiatric Association 1994, Maulana 2007).
Saturday 27th of March 2010
Tampilkan postingan dengan label autisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label autisme. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 05 Juni 2010
Jumat, 14 Mei 2010
Autisme?
Autisme?
Here are some information related to Autism Spectrum Disorder (ASD) or generally known as autism taken from my paper three years ago. Semoga bermanfaat!
A. Pengertian Autism Spectrum Disorder (ASD)
Gangguan ASD merupakan kumpulan gejala gangguan perilaku yang bervariasi pada setiap anak. Gangguan perilaku dapat berupa kurangnya interaksi sosial, kesulitan dalam mengembangkan bahasa, dan pengulangan tingkah laku. Gangguan perkembangan yang dialami dapat berubah sejalan dengan waktu (American Psychiatric Association 1994, Volkmar, Lord, Barley, Schultz & Klin dalam Mash & Wolve 2005). Gangguan ASD merupakan gangguan neurobiologis yang menetap. Gejalanya tampak pada gangguan bidang komunikasi, interaksi dan perilaku. Walaupun gangguan neurobiologis tidak bisa diobati, tetapi gejala – gejalanya bisa dihilangkan atau dikurangi, sampai awam tidak lagi bisa membedakan antara anak penyandang ASD dan bukan ASD. Semakin dini terdiagnosis dan terintervensi, semakin besar kesempatan untuk bisa hidup normal dan mandiri (http://infoautis.blogspot.com/).
1. Gangguan ASD Berbeda dengan,
a. Retardasi Mental: Keterampilan sosial dan komunikasi verbal atau non verbal sesuai dengan usia mental mereka. Tes intelegensi biasanya menunjukkan suatu penurunan yang menyeluruh pada berbagai tes. Berbeda dengan anak penyandang ASD yang hasil tesnya tidak menunjukan hasil yang rata-rata. Kebanyakan anak dengan taraf retardasi yang berat dan usia mental yang sangat rendah menunjukan tanda-tanda gangguan ASD.
b. Skizofrenia: kebanyakan anak dengan skizofrenia secara umum tampak normal pada saat bayi sampai usia 2-3 tahun, dan baru kemudian muncul halusinasi, gejala yang tidak terdapat pada gangguan ASD.
c. Gangguan perkembangan berbahasa: gangguan pemahaman dalam mengekspresikan pembicaraan, namun komunikasi non-verbalnya baik, dengan memakai gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Tapi tidak ditemukanya stereotip dan gangguan interaksi sosial yang berat.
d. Gangguan penglihatan dan pendengaran: mereka yang buta dan tuli tidak bereaksi terhadap rangsang lingkungan sampai gangguanya terdeteksi dan memakai alat khusus untuk mengoreksi kelainannya.
e. Gangguan kelekatan yang rekatif: Gangguan dalam hubungan sosial pada anak dikarenakan pengasuhan yang buruk (www.ditpib.or.id).
B. Diagnosis Gangguan ASD
Diagnosis gangguan ASD tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih seperti brain-mapping, CT-Scan, MRI, dan lain sebagaianya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merumuskan suatu kriteria yang harus terpenuhi untuk dapat melaksanakan diagnosis gangguan ASD. Rumusan ini dipakai diseluruh dunia, dan dikenal dengan sebutan International Classification of Diseases (ICD-10) 1993.
Rumusan diagnostik lain yang juga dipakai diseluruh dunia untuk menjadi panduan diagnosis adalah disebut Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) 1994, yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika. Isi ICD-10 maupun DSM-IV sebenarnya intinya sama (Maulana 2007). DSM-IV merupakan categorical classification yang membagi gangguan-gangguan mental menjadi beberapa tipe berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (American Psychiatric Association 1994).
Pembahasan mengenai DSM-IV untuk gangguan ASD adalah sebagai berikut.
1. Harus ada sedikitnya enam gejala dari (a), (b), dan (c), dengan minimal dua dari gejala (a) dan masing-masing satu gejala dari (b) dan (c).
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala berikut.
1) Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata sangat kurang, ekspresi wajah kurang hidup, gerak-gerik yng kurang terfokus,
2) Kurang respon terhadap permintaan secara verbal, tidak bisa bermain dengan teman sebaya,
3) Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut.
1) Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang ( tidak ada usaha mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),
2) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,
3) Sering menggunakan bahasa yang aneh atau diulang-ulang,
4) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Setidaknya harus ada satu dari gejala berikut.
1) Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan,
2) Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya,
3) Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas dan diulang-ulang,
4) Sering terpukau pada bagian-bagian benda (Rita & Allen 2003, Mash & Wolve 2005).
2. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
a. Interaksi sosial,
b. Bicara dengan berbahasa,
c. Cara bermain yang kurang variatif.
3. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett, gangguan disintregasi pada masa kanak-kanak.
Gejala-gejala tersebut sudah harus tampak dengan jelas sebelum anak mencapai umur tiga tahun. Pada sebagian besar anak, sebenarnya gejala ini sudah tampak sejak lahir. Sebagian kecil anak sudah sempat berkembang secara normal, namun sebelum umur tiga tahun terjadi perhentian perkembangan dan kemudian timbul gejala-gejala gangguan ASD yang lain (American Psychiatric Association 1994, Maulana 2007).
C. Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan ASD
Sampai saat ini penyebab yang pasti dari gangguan ASD belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab gangguan ASD antara lain teori psikologi, teori biologis mencakup faktor genetik dan neurologi (Davison, Neale 1996), teori jiwa (Bron-cohen, Leslie & frith 1985 dalam Alloy, Acocella, & Bootzin 1996), teori behavior, teori psikoanalisis (Davison, Neale, Kring 2002).
D. Intervensi Dini Penanganan terhadap Gangguan ASD
Penanganan untuk anak-anak dengan gangguan ASD biasanya mencoba mengurangi perilaku yang tidak wajar dan meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial. Meskipun teori biologis mengenai etiologi ASD jauh lebih banyak dibanding teori psikologis, intervensi psikologis saat ini lebih menjanjikan daripada intervensi biologis. Kerusakan biologis tidak berarti mengesampingkan penanganan psikologis (Davison, Neale, Kring 2002).
Penanganan Behavioral untuk Anak – Anak dengan Gangguan ASD
Menggunakan model dan pengondisian operant, para terapis perilaku mengajari anak-anak dengan gangguan ASD untuk berbicara (Hewett 1965), mengubah bicara ekolakik mereka (Carr, Schreibman & Lovaas 1975), mendorong mereka untuk bermain dengan anak yang lain (Romanczyk dkk 1975), dan membantu merka secara umum menjadi lebih responsive kepada orang dewasa (Davison 1964) dalam Davison, Neale, Kring 2002).
Teori Lovaas salah satu metode intervensi dini yang banyak diterapkan di Indonesia adalah modifikasi perilaku atau lebih dikenal sebagai metode Applied Behavioral Analysis (ABA). Kelebihan metode ini dibanding metode lain adalah sifatnya yang sangat terstruktur, kurikulumnya jelas, dan keberhasilannya bisa dinilai secara obyektif.Di Indonesia, secara berkala, YAI mengadakan pelatihan bagi orang tua penyandang ASD agar mereka bisa melakukan terapi sendiri di rumah (Maulana, 2007).
Melalui metode ini, anak dilatih melakukan berbagai macam keterampilan yang berguna bagi hidup bermasyarakat. Misalnya berkomunikasi, berinteraksi, berbicara, berbahasa.
Here are some information related to Autism Spectrum Disorder (ASD) or generally known as autism taken from my paper three years ago. Semoga bermanfaat!
A. Pengertian Autism Spectrum Disorder (ASD)
Gangguan ASD merupakan kumpulan gejala gangguan perilaku yang bervariasi pada setiap anak. Gangguan perilaku dapat berupa kurangnya interaksi sosial, kesulitan dalam mengembangkan bahasa, dan pengulangan tingkah laku. Gangguan perkembangan yang dialami dapat berubah sejalan dengan waktu (American Psychiatric Association 1994, Volkmar, Lord, Barley, Schultz & Klin dalam Mash & Wolve 2005). Gangguan ASD merupakan gangguan neurobiologis yang menetap. Gejalanya tampak pada gangguan bidang komunikasi, interaksi dan perilaku. Walaupun gangguan neurobiologis tidak bisa diobati, tetapi gejala – gejalanya bisa dihilangkan atau dikurangi, sampai awam tidak lagi bisa membedakan antara anak penyandang ASD dan bukan ASD. Semakin dini terdiagnosis dan terintervensi, semakin besar kesempatan untuk bisa hidup normal dan mandiri (http://infoautis.blogspot.com/).
1. Gangguan ASD Berbeda dengan,
a. Retardasi Mental: Keterampilan sosial dan komunikasi verbal atau non verbal sesuai dengan usia mental mereka. Tes intelegensi biasanya menunjukkan suatu penurunan yang menyeluruh pada berbagai tes. Berbeda dengan anak penyandang ASD yang hasil tesnya tidak menunjukan hasil yang rata-rata. Kebanyakan anak dengan taraf retardasi yang berat dan usia mental yang sangat rendah menunjukan tanda-tanda gangguan ASD.
b. Skizofrenia: kebanyakan anak dengan skizofrenia secara umum tampak normal pada saat bayi sampai usia 2-3 tahun, dan baru kemudian muncul halusinasi, gejala yang tidak terdapat pada gangguan ASD.
c. Gangguan perkembangan berbahasa: gangguan pemahaman dalam mengekspresikan pembicaraan, namun komunikasi non-verbalnya baik, dengan memakai gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Tapi tidak ditemukanya stereotip dan gangguan interaksi sosial yang berat.
d. Gangguan penglihatan dan pendengaran: mereka yang buta dan tuli tidak bereaksi terhadap rangsang lingkungan sampai gangguanya terdeteksi dan memakai alat khusus untuk mengoreksi kelainannya.
e. Gangguan kelekatan yang rekatif: Gangguan dalam hubungan sosial pada anak dikarenakan pengasuhan yang buruk (www.ditpib.or.id).
B. Diagnosis Gangguan ASD
Diagnosis gangguan ASD tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih seperti brain-mapping, CT-Scan, MRI, dan lain sebagaianya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merumuskan suatu kriteria yang harus terpenuhi untuk dapat melaksanakan diagnosis gangguan ASD. Rumusan ini dipakai diseluruh dunia, dan dikenal dengan sebutan International Classification of Diseases (ICD-10) 1993.
Rumusan diagnostik lain yang juga dipakai diseluruh dunia untuk menjadi panduan diagnosis adalah disebut Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) 1994, yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika. Isi ICD-10 maupun DSM-IV sebenarnya intinya sama (Maulana 2007). DSM-IV merupakan categorical classification yang membagi gangguan-gangguan mental menjadi beberapa tipe berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (American Psychiatric Association 1994).
Pembahasan mengenai DSM-IV untuk gangguan ASD adalah sebagai berikut.
1. Harus ada sedikitnya enam gejala dari (a), (b), dan (c), dengan minimal dua dari gejala (a) dan masing-masing satu gejala dari (b) dan (c).
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala berikut.
1) Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata sangat kurang, ekspresi wajah kurang hidup, gerak-gerik yng kurang terfokus,
2) Kurang respon terhadap permintaan secara verbal, tidak bisa bermain dengan teman sebaya,
3) Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut.
1) Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang ( tidak ada usaha mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),
2) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,
3) Sering menggunakan bahasa yang aneh atau diulang-ulang,
4) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Setidaknya harus ada satu dari gejala berikut.
1) Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan,
2) Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya,
3) Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas dan diulang-ulang,
4) Sering terpukau pada bagian-bagian benda (Rita & Allen 2003, Mash & Wolve 2005).
2. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
a. Interaksi sosial,
b. Bicara dengan berbahasa,
c. Cara bermain yang kurang variatif.
3. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett, gangguan disintregasi pada masa kanak-kanak.
Gejala-gejala tersebut sudah harus tampak dengan jelas sebelum anak mencapai umur tiga tahun. Pada sebagian besar anak, sebenarnya gejala ini sudah tampak sejak lahir. Sebagian kecil anak sudah sempat berkembang secara normal, namun sebelum umur tiga tahun terjadi perhentian perkembangan dan kemudian timbul gejala-gejala gangguan ASD yang lain (American Psychiatric Association 1994, Maulana 2007).
C. Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan ASD
Sampai saat ini penyebab yang pasti dari gangguan ASD belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab gangguan ASD antara lain teori psikologi, teori biologis mencakup faktor genetik dan neurologi (Davison, Neale 1996), teori jiwa (Bron-cohen, Leslie & frith 1985 dalam Alloy, Acocella, & Bootzin 1996), teori behavior, teori psikoanalisis (Davison, Neale, Kring 2002).
D. Intervensi Dini Penanganan terhadap Gangguan ASD
Penanganan untuk anak-anak dengan gangguan ASD biasanya mencoba mengurangi perilaku yang tidak wajar dan meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial. Meskipun teori biologis mengenai etiologi ASD jauh lebih banyak dibanding teori psikologis, intervensi psikologis saat ini lebih menjanjikan daripada intervensi biologis. Kerusakan biologis tidak berarti mengesampingkan penanganan psikologis (Davison, Neale, Kring 2002).
Penanganan Behavioral untuk Anak – Anak dengan Gangguan ASD
Menggunakan model dan pengondisian operant, para terapis perilaku mengajari anak-anak dengan gangguan ASD untuk berbicara (Hewett 1965), mengubah bicara ekolakik mereka (Carr, Schreibman & Lovaas 1975), mendorong mereka untuk bermain dengan anak yang lain (Romanczyk dkk 1975), dan membantu merka secara umum menjadi lebih responsive kepada orang dewasa (Davison 1964) dalam Davison, Neale, Kring 2002).
Teori Lovaas salah satu metode intervensi dini yang banyak diterapkan di Indonesia adalah modifikasi perilaku atau lebih dikenal sebagai metode Applied Behavioral Analysis (ABA). Kelebihan metode ini dibanding metode lain adalah sifatnya yang sangat terstruktur, kurikulumnya jelas, dan keberhasilannya bisa dinilai secara obyektif.Di Indonesia, secara berkala, YAI mengadakan pelatihan bagi orang tua penyandang ASD agar mereka bisa melakukan terapi sendiri di rumah (Maulana, 2007).
Melalui metode ini, anak dilatih melakukan berbagai macam keterampilan yang berguna bagi hidup bermasyarakat. Misalnya berkomunikasi, berinteraksi, berbicara, berbahasa.
Jumat, 02 April 2010
Havin' an autism child means that you you will be special one ....
wei shen me?
yin wei ....
yin wei ....
GOD believe you .... that you're great person!
So, never trapped in sadness ...
Smile and get action!
.....................................................................................
FOR ONE WHOSE SPECIAL STORY IN LIFE ..
KEEP FIGHT AND SMILE !
SINCE ...
GOD BELIEVE YOU ... TO BECOME SPECIAL ONE ....
SELAMAT HARI AUTIS SEDUNIA!
2 APRIL 2010 ...
wei shen me?
yin wei ....
yin wei ....
GOD believe you .... that you're great person!
So, never trapped in sadness ...
Smile and get action!
.....................................................................................
FOR ONE WHOSE SPECIAL STORY IN LIFE ..
KEEP FIGHT AND SMILE !
SINCE ...
GOD BELIEVE YOU ... TO BECOME SPECIAL ONE ....
SELAMAT HARI AUTIS SEDUNIA!
2 APRIL 2010 ...
Sabtu, 12 Desember 2009
DSM-IV
DSM-IV-TR:
The DSM-IV-TR criteria for autistic disorder are presented
Main features of DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Autistic Disorder
A total of six (or more) items from (1), (2), and (3), with at least two from (1), and one each from (2) and (3).
(1) Qualitative impeirment in social interaction as manifested by at least two of the following :
(a) Marked impairment in the use of multiple non verbal behaviors such as eye-to-eye gaze, facial expressions, body postures, and gestures to regulate social interaction’
(b) Failure to develop peer relationship appropiate to developmental level,
(c) A lack of spontanneous seeking to share enjoyment, interests, or achievements with other people 9 e.g., by lack of showing, bringing, or pointing out objects of interest)
(d) Lack of social or emotional reciprocity
(2) Qualitative impairments in communication as manifested by at least one of the following :
(a) Delay in, or total lack of, the development of spoken language (not accompanied by an attem to compensate through alternative modes of communication such as gesture or mimes),
(b) In individual with adequate speech, marked impairment in ability to initiate or sustain a conversation with others,
(c) Stereotyped and repetitive use of language or idiosyncratic language,
(d) Lack of varied, spontaneous make-believe play or social imitative play appropiate to developmental level,
(3) Restricted repetitive and stereotyped patterns of behavior, interests, and activities, as manifested by at least one of the following:
(a) Encompassing preoccupation with one or more stereotyped and restricted patterns of interest that is abnormal either in intensity or focus,
(b) Apparently inflexible adherence to specific, nonfunctional routines of rituals,
(c) Stereotyped and repetitive motor mannerisms (e.g., hand or finger flapping or twisting, or complex whole-body movements)
(d) Persistent preoccupation with parts or object.
Taken from Abnormal child Psychology by Eric J.Masih and david a. Wolfe
Bermula dari namrud
The DSM-IV-TR criteria for autistic disorder are presented
Main features of DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Autistic Disorder
A total of six (or more) items from (1), (2), and (3), with at least two from (1), and one each from (2) and (3).
(1) Qualitative impeirment in social interaction as manifested by at least two of the following :
(a) Marked impairment in the use of multiple non verbal behaviors such as eye-to-eye gaze, facial expressions, body postures, and gestures to regulate social interaction’
(b) Failure to develop peer relationship appropiate to developmental level,
(c) A lack of spontanneous seeking to share enjoyment, interests, or achievements with other people 9 e.g., by lack of showing, bringing, or pointing out objects of interest)
(d) Lack of social or emotional reciprocity
(2) Qualitative impairments in communication as manifested by at least one of the following :
(a) Delay in, or total lack of, the development of spoken language (not accompanied by an attem to compensate through alternative modes of communication such as gesture or mimes),
(b) In individual with adequate speech, marked impairment in ability to initiate or sustain a conversation with others,
(c) Stereotyped and repetitive use of language or idiosyncratic language,
(d) Lack of varied, spontaneous make-believe play or social imitative play appropiate to developmental level,
(3) Restricted repetitive and stereotyped patterns of behavior, interests, and activities, as manifested by at least one of the following:
(a) Encompassing preoccupation with one or more stereotyped and restricted patterns of interest that is abnormal either in intensity or focus,
(b) Apparently inflexible adherence to specific, nonfunctional routines of rituals,
(c) Stereotyped and repetitive motor mannerisms (e.g., hand or finger flapping or twisting, or complex whole-body movements)
(d) Persistent preoccupation with parts or object.
Taken from Abnormal child Psychology by Eric J.Masih and david a. Wolfe
Bermula dari namrud
Sabtu, 17 Oktober 2009
PDD
Let’s see the world through “his eyes” / World in “His” eyes!!!
Friend…Can you imagine? Suppose you life in solitary confinement…no parents, siblings, and even friends…
No body could recognize who you are…
You know nothing about them…yeah, as you’re confuse about them. You can’t understand their life, and they aren’t too. It seems there is a great wall restricts the real life with you…life in distinct different world. You’re get stuck every day…No body get the picture what you means, what you want, and what you feel…dispite their desire to enter into your life, you never giving allowance to them…tell me why, you can trust me...I promise!!! I’m a trusted person, …why you still couldn’t allow them to touch your life…let me think…yeah, I know that this is not your own fault as you your self do not know what should be done to make people around you understand what in your mind…Yet, let me tell you that, they are extremely loving you, though they still do not know exactly how to express their love to you as you invariably reject them, even you escape and go far away when they try to touch and hug you…
to be continued
October 6th 2009, tuesday, 1.14 AM
Friend…Can you imagine? Suppose you life in solitary confinement…no parents, siblings, and even friends…
No body could recognize who you are…
You know nothing about them…yeah, as you’re confuse about them. You can’t understand their life, and they aren’t too. It seems there is a great wall restricts the real life with you…life in distinct different world. You’re get stuck every day…No body get the picture what you means, what you want, and what you feel…dispite their desire to enter into your life, you never giving allowance to them…tell me why, you can trust me...I promise!!! I’m a trusted person, …why you still couldn’t allow them to touch your life…let me think…yeah, I know that this is not your own fault as you your self do not know what should be done to make people around you understand what in your mind…Yet, let me tell you that, they are extremely loving you, though they still do not know exactly how to express their love to you as you invariably reject them, even you escape and go far away when they try to touch and hug you…
to be continued
October 6th 2009, tuesday, 1.14 AM
Langganan:
Postingan (Atom)