KATA
DI JALAN CINTA
Satu kata cinta Bilal:
“Ahad!”
Dua kata cinta Sang
Nabi:
“Selimuti
aku!”
Tiga kata cinta Ummu
Sulaim:
“Islammu,
itulah maharku!”
Empat kata cinta Abu
Bakr:
“Ya
Rasulallah, saya percaya...!”
Lima kata cinta ‘Umar:
“Ya
rasulallah, ijinkan kupenggal lehernya!”
(Salim A. Fillah, 2009:
5)
dan ini …
Satu kata cintaku untuk
yang tercinta:
“Do’a!”
Aku
meletakkan kebahagiaan pada cinta yang diterjemahkan sebagai Do’a. Bagiku bisa
“mencintai” sudah membuatku bahagia, maka akau tidak akan risau ketika “tak
dicintai”.
27
Desember 2011, Aku baru mengerti, ternyata dia juga mencintainya, dia mencintai
sahabatku, Aku turut bahagia melihat orang yang ku cinta bahagia, tapi ingin
rasanya diri ini lenyap dari hadapan mereka. Ah, belum ikhlaskah aku padanya? Seandainya
aku seorang pria, aku juga akan melakukan hal yang sama, sahabatku is a perfect princess,
ah…
selama ini aku terlalu berharap padanya, salahkah? Dosakah? Aku hanya berharap
dalam do’a, tidak lebih! dan ternyata “berharap” lebih menyakitkan dari pada
“memutus harapan” itu sendiri. Sungguh, rasa suka selama satu tahun ini
padanya, lebih menakutkan dari pada tujuh tahun hati ini terpaut lembayung
bayu.
Nb: entah kapa a nulis ni, lupa juga konteksnya apa dan
siapa? Kayaknya c, fiksi gitu ..... Yg jelas dmoga ada kebaikan yang bisa
diambil Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar