Jumat, 14 Mei 2010

Autisme?

Autisme?
Here are some information related to Autism Spectrum Disorder (ASD) or generally known as autism taken from my paper three years ago. Semoga bermanfaat!
A. Pengertian Autism Spectrum Disorder (ASD)
Gangguan ASD merupakan kumpulan gejala gangguan perilaku yang bervariasi pada setiap anak. Gangguan perilaku dapat berupa kurangnya interaksi sosial, kesulitan dalam mengembangkan bahasa, dan pengulangan tingkah laku. Gangguan perkembangan yang dialami dapat berubah sejalan dengan waktu (American Psychiatric Association 1994, Volkmar, Lord, Barley, Schultz & Klin dalam Mash & Wolve 2005). Gangguan ASD merupakan gangguan neurobiologis yang menetap. Gejalanya tampak pada gangguan bidang komunikasi, interaksi dan perilaku. Walaupun gangguan neurobiologis tidak bisa diobati, tetapi gejala – gejalanya bisa dihilangkan atau dikurangi, sampai awam tidak lagi bisa membedakan antara anak penyandang ASD dan bukan ASD. Semakin dini terdiagnosis dan terintervensi, semakin besar kesempatan untuk bisa hidup normal dan mandiri (http://infoautis.blogspot.com/).
1. Gangguan ASD Berbeda dengan,
a. Retardasi Mental: Keterampilan sosial dan komunikasi verbal atau non verbal sesuai dengan usia mental mereka. Tes intelegensi biasanya menunjukkan suatu penurunan yang menyeluruh pada berbagai tes. Berbeda dengan anak penyandang ASD yang hasil tesnya tidak menunjukan hasil yang rata-rata. Kebanyakan anak dengan taraf retardasi yang berat dan usia mental yang sangat rendah menunjukan tanda-tanda gangguan ASD.
b. Skizofrenia: kebanyakan anak dengan skizofrenia secara umum tampak normal pada saat bayi sampai usia 2-3 tahun, dan baru kemudian muncul halusinasi, gejala yang tidak terdapat pada gangguan ASD.
c. Gangguan perkembangan berbahasa: gangguan pemahaman dalam mengekspresikan pembicaraan, namun komunikasi non-verbalnya baik, dengan memakai gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Tapi tidak ditemukanya stereotip dan gangguan interaksi sosial yang berat.
d. Gangguan penglihatan dan pendengaran: mereka yang buta dan tuli tidak bereaksi terhadap rangsang lingkungan sampai gangguanya terdeteksi dan memakai alat khusus untuk mengoreksi kelainannya.
e. Gangguan kelekatan yang rekatif: Gangguan dalam hubungan sosial pada anak dikarenakan pengasuhan yang buruk (www.ditpib.or.id).

B. Diagnosis Gangguan ASD
Diagnosis gangguan ASD tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih seperti brain-mapping, CT-Scan, MRI, dan lain sebagaianya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merumuskan suatu kriteria yang harus terpenuhi untuk dapat melaksanakan diagnosis gangguan ASD. Rumusan ini dipakai diseluruh dunia, dan dikenal dengan sebutan International Classification of Diseases (ICD-10) 1993.
Rumusan diagnostik lain yang juga dipakai diseluruh dunia untuk menjadi panduan diagnosis adalah disebut Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) 1994, yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika. Isi ICD-10 maupun DSM-IV sebenarnya intinya sama (Maulana 2007). DSM-IV merupakan categorical classification yang membagi gangguan-gangguan mental menjadi beberapa tipe berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (American Psychiatric Association 1994).
Pembahasan mengenai DSM-IV untuk gangguan ASD adalah sebagai berikut.
1. Harus ada sedikitnya enam gejala dari (a), (b), dan (c), dengan minimal dua dari gejala (a) dan masing-masing satu gejala dari (b) dan (c).
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala berikut.
1) Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata sangat kurang, ekspresi wajah kurang hidup, gerak-gerik yng kurang terfokus,
2) Kurang respon terhadap permintaan secara verbal, tidak bisa bermain dengan teman sebaya,
3) Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut.
1) Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang ( tidak ada usaha mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),
2) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,
3) Sering menggunakan bahasa yang aneh atau diulang-ulang,
4) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Setidaknya harus ada satu dari gejala berikut.
1) Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan,
2) Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya,
3) Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas dan diulang-ulang,
4) Sering terpukau pada bagian-bagian benda (Rita & Allen 2003, Mash & Wolve 2005).
2. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
a. Interaksi sosial,
b. Bicara dengan berbahasa,
c. Cara bermain yang kurang variatif.
3. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett, gangguan disintregasi pada masa kanak-kanak.
Gejala-gejala tersebut sudah harus tampak dengan jelas sebelum anak mencapai umur tiga tahun. Pada sebagian besar anak, sebenarnya gejala ini sudah tampak sejak lahir. Sebagian kecil anak sudah sempat berkembang secara normal, namun sebelum umur tiga tahun terjadi perhentian perkembangan dan kemudian timbul gejala-gejala gangguan ASD yang lain (American Psychiatric Association 1994, Maulana 2007).

C. Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan ASD
Sampai saat ini penyebab yang pasti dari gangguan ASD belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab gangguan ASD antara lain teori psikologi, teori biologis mencakup faktor genetik dan neurologi (Davison, Neale 1996), teori jiwa (Bron-cohen, Leslie & frith 1985 dalam Alloy, Acocella, & Bootzin 1996), teori behavior, teori psikoanalisis (Davison, Neale, Kring 2002).
D. Intervensi Dini Penanganan terhadap Gangguan ASD
Penanganan untuk anak-anak dengan gangguan ASD biasanya mencoba mengurangi perilaku yang tidak wajar dan meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial. Meskipun teori biologis mengenai etiologi ASD jauh lebih banyak dibanding teori psikologis, intervensi psikologis saat ini lebih menjanjikan daripada intervensi biologis. Kerusakan biologis tidak berarti mengesampingkan penanganan psikologis (Davison, Neale, Kring 2002).

Penanganan Behavioral untuk Anak – Anak dengan Gangguan ASD
Menggunakan model dan pengondisian operant, para terapis perilaku mengajari anak-anak dengan gangguan ASD untuk berbicara (Hewett 1965), mengubah bicara ekolakik mereka (Carr, Schreibman & Lovaas 1975), mendorong mereka untuk bermain dengan anak yang lain (Romanczyk dkk 1975), dan membantu merka secara umum menjadi lebih responsive kepada orang dewasa (Davison 1964) dalam Davison, Neale, Kring 2002).
Teori Lovaas salah satu metode intervensi dini yang banyak diterapkan di Indonesia adalah modifikasi perilaku atau lebih dikenal sebagai metode Applied Behavioral Analysis (ABA). Kelebihan metode ini dibanding metode lain adalah sifatnya yang sangat terstruktur, kurikulumnya jelas, dan keberhasilannya bisa dinilai secara obyektif.Di Indonesia, secara berkala, YAI mengadakan pelatihan bagi orang tua penyandang ASD agar mereka bisa melakukan terapi sendiri di rumah (Maulana, 2007).
Melalui metode ini, anak dilatih melakukan berbagai macam keterampilan yang berguna bagi hidup bermasyarakat. Misalnya berkomunikasi, berinteraksi, berbicara, berbahasa.