Rabu, 04 November 2015

REFLEKSI: In Memoriam 4 Nov'12-3 years marriage

Pernikahan adalah akad untuk beribadah kepada Allah, akad untuk menegakkan syariat Allah, dan akad untuk membangun keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah ... Pernikahan adalah akad untuk meninggalkan kemaksiatan, akad untuk saling mencintai karena Allah, akad untuk saling menghomati dan menghargai, akad untuk saling menerima apa adanya, akad untuk saling menguatkan keimanan, akad untuk saling membantu dan meringankan beban, akad untuk saling menasihati, serta akad untuk saling setia kepada pasanganya baik dalam suka dan duka, dalam kefakiran dan kekayaan, juga dalam sakit dan sehat.... Pernikahan berarti akad untuk meniti hari-hari dalam kebersamaan, akad untuk slaing melindungi, akad untuk saling memberikan rasa aman, akad untuk saling memercayai, akad untuk saling menutupi aib, akad untuk saling mencurahkan perasaan, akad untuk berlomba menunaikan kewajiban, akad untuk saling memaafkan kesalahan, akad untuk tidak menyimpan dendam dan kemarahan, serta akad untuk tidak mengungkit-ngungkit kelemahan, kekurangan, dan kesalahan ...
Pernikahan adalah akad untuk tidak melakukan pelanggaran, akad untuk tidak saling menyakiti hati dan perasaan, akad untuk tidak saling menyakiti badan, akad untuk lembut dalam perkataan, akad untuk santun dalam pergaulan, akad untuk indah dalam penampilan, akad untuk mesra dalam mengungkapkan keinginan, akad untuk saling mengembangkan potensi diri, akad untuk adanya saing keterbukaan yang melegakan, akad untuk saling menumpahkan kasih sayang, akad untuk saling merindukan, akad untuk tidak adanya pemaksaan kehendak, akad untuk tidak saling membiarkan, dan akad untuk tidak saling meninggalkan.... Pernikahan juga bermakna akad untuk menebarkan kebajikan, akad untuk mencetak generasi berkualitas, akad untuk siap menjadi bapak dan ibu bagi anak-anak, dan akad untuk membangun peradaban masa depan ... Pernikahan adalah akad untuk segala hal yang bernama kebaikan .... Cahyadi Takariawan, Di Jalan Dakwah Kugapai Sakinah.

In Memoriam 4 November 2012,


Masih terngiang tiga tahun silam sebelum akad terucap, dalam pertemuan wali santri TPA Nurul Huda. Salah satu ayat dalam mukadimah yang disampaikan oleh ustadz Sugiyo Abdul ghonny adalah :

Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu quu anfusakum wa-ahliikum naaran - wahai orang-orang yang beriman! Periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka .... “ (At-Tahrim : 6). Terasa akrab di telinga, meski belum tahu arti ayat yang dibacakan. Hingga akhirnya, alhamdulillah menemukanya di dalam surat At-Tahrim, juz 29. Ya, setiap orang akan mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dihadapan sang khalik kelak, dan tentunya mempertanggungjawabkan keluarganya. Allah sudah mengingatkan kita dengan terang-terangan di ayat ini. Lantas, sudahkah kita berusaha untuk saling menguatkan iman, tidak membiarkan keluarga kita lalai dalam beribadah kepadaNya, membiarkannya hanyut dalam kemaksiatan, atau bahkan sekedar membiarkanya terbius dalam hal-hal yang tidak bermanfaat. Lagi, sudahkan kita bisa benar-benar memenuhi kewajiban kita dalam rumah tangga, sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anak kita? Ah, itu baru beberapa pertanyaan, yang mengacu pada tiga pernyataan yang ditulis oleh Cahyadi Takariwan tentang hakikat pernikahan di atas. Bagaimana dengan yang lain? Sudahkah kita? Ah, Astaghfirullahaladzim...

Sebagai muslim tentu ingin membangun keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Tiga kata yang menjadi do’a bagi setiap pasangan yang menikah. Sakinah berarti ketenangan. Dan ketenangan dalam berumah tangga tidak bisa terwujud selama anggota keluarga belum bersama-sama memenuhi hak-hak Allah. Bukankah harus ada perbedaan sebelum dan sesudah kita menikah? Shalat berjamaah misalnya, atau ada waktu khusus untuk membaca dan mentadaburi kalamNya bersama-sama setiap hari, muraja’ah dan saling berlomba meningkatkan hapalan Al Qur’an. Sudahkah? Jika sudah, bisakah kita istiqomah? Then, bagaimana dengan anak kita? Kalau Alm. Ustadzah Yoyoh mengungkapkan bahwa tujuan keluarga muslim adalah mencetak generasi yang cinta pada Al Qur’an, lantas apa yang sudah kita lakukan dalam mengarahkan anak-anak kita untuk mencintai Al Qur’an? Sudahkah kita menjadi teladan bagi anak kita? Sudahkah kita mencintai Al Qur’an? Sudahkah kita menyapanya tiap hari? Paling tidak satu juz lah..., atau menghapalkanya meski hanya satu ayat? Sudahkah? Astaghfirullahhaladzim ...

Ya Allah yang Maha membolak balikan hati, teguhkanlah kami dalam keimanan, mudahkanlah kami untuk beribadah kepadaMu, jadikan kami teladan yang baik bagi anak-anak kami.

To be continued ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar